Seseorang akan merasa menyesal jika tidak dapat menganggap kejadian yang kecil menjadi sesuatu yang bermakna. Semua dianggapnya menjadi hal yang sia – sia saja. Biasa – biasa saja. Semua dianggapnya palsu. Terjadi penyesalan batin. Ketidaknyamananlah akan timbul. Merasa kurang puas.
hari ini aku pergi ke sebuah panti asuhan yang mengasuh anak dengan mental yang kurang, orang cacat, keterbelakangan, dan lain - lain. Apa yang terjadi pada perasaanku? Miris, sedih, senang, bahagia, bingung, galau, risau. Semua perasaan timbul pada saat itu juga. Bingung harus memutuskan bersikap seperti apa.
Saat itu aku tidak bermodalkan apa – apa. Aku hanya membawa diriku kesana dengan beberapa temanku. Sungguh sangat bersalah karena berlawanan dengan sambutan adik – adik yang sangat luar biasa. Begitu bahagianya mereka, ketika kami datang. Mereka semua keluar menyambut kami di pintu pagar. Terdapat anak yang bisu, matanya cacat, keterbelakangan mental, dari umur yang paling muda sampai yang tua. Mereka menyambut kami. Mereka menunggu kami. Mereka mengajak kami bermain. Bukan sesuatu yang aneh jika terdapat tamu, mereka langsung menyambutnya. Tetapi bagiku itu sangat luar biasa karena mereka membutuhkan teman. Mereka butuh perhatian.
Bermain dengan mereka itu sangat mengesankan. Mereka selalu mencari perhatian tiap – tiap dari kami. Menggandeng tangan kami dengan kaki yang sedikit tergoyahkan dan susah. Dengan tertawa mereka merasa capek. Apakah dengan ekspresi seperti itu mereka mengeluh?. Mereka tiba tiba menangis ga karuan. Mereka selalu meminta pendapat tentang hasil karyanya, seperti menggambar. Permainan dan pujianlah yang menjadikan andalan kami kepada mereka.
Mereka sendiri. Mereka butuh teman. Hei, adik – adikku disana? Dimanakah orang tua kalian? Dimana sodara kalian? Bagaimanakah rasanya hidup sendiri dan hanya mengenal teman-teman? Dengan keterbatasan kalian, kalian masi bisa tersenyumkah? Atau karena kalian tak dapat merasakan perasaan sedih kalian? Tak dapat menampakkannya?
Sangat sedih ketika aku harus berhenti untuk menghibur mereka. Berpisah. Tampak wajah – wajah sedih. Melihat dibalik pagar ketika rombongan kami sudah mulai memasuki bis. Aku tak dapat menjanjikan apapun kepada mereka. Aku takut mereka menunggunya. Jangan menungguku adiku, tetaplah tersenyum setiap hari, berlajarlah menjadi lebih baik.
